PALANGKA RAYA-Forum Himpunan Mahasiswa (HIMA) Daerah se-Kalimantan Tengah mencatat tonggak sejarah baru dengan menyelenggarakan Forum Group Discussion (FGD) perdana bertema pencegahan paham terorisme, radikalisme, dan intoleransi di kalangan mahasiswa. Kegiatan berlangsung di Aula Hotel Dandang Tingang, Rabu (9/7/2025), dan diikuti 200 an peserta dari berbagai HIMA daerah.
Diskusi ini menghadirkan narasumber dari berbagai latar belakang, antara lain Ketua MUI Kalteng Dr. Khairil Anwar, M.Ag, perwakilan Satgaswil Densus 88 AT Kalteng, tokoh Nahdlatul Ulama Ust. H. Samsul Bahri, serta pejabat Badan Kesbangpol Kalteng, Feni Catriani Utami. Tema yang diangkat dipandang relevan dengan situasi sosial yang dihadapi generasi muda saat ini.
Fardoari Reketno selaku komunikator Forum HIMA se-Kalteng menyampaikan bahwa FGD ini bukan sekadar forum dialog, tetapi sebuah langkah awal membangun kesadaran kolektif mahasiswa sebagai kelompok strategis dalam menjaga ketahanan ideologis bangsa.
“Kegiatan ini merupakan sejarah karena pertama kalinya diselenggarakan oleh HIMA se-Kalimantan Tengah dalam skala besar. Meskipun baru diikuti oleh 8 dari 14 HIMA daerah, kami yakin ini menjadi awal dari gerakan yang lebih luas dan berkelanjutan,”ucapnya.
Generasi muda Kalimantan Tengah masih menyimpan harapan besar bagi masa depan bangsa, dan forum semacam ini menjadi ruang penting untuk membangun daya tangkal terhadap infiltrasi ideologi menyimpang.
“Tantangan ideologis kini tidak lagi datang secara terbuka, tetapi masuk melalui berbagai celah dari media sosial, ruang diskusi tertutup, hingga organisasi eksklusif yang menyasar anak muda,” tambahnya.
Tema ini menyoroti tiga kata kunci utama: terorisme, radikalisme, dan intoleransi. Terorisme bukan hanya soal bom dan kekerasan, tetapi tentang pemikiran yang menjadikan kekerasan sebagai alat perjuangan.
“Radikalisme menolak kebhinekaan dan dasar negara. Sementara intoleransi, kerap hadir dengan wajah halus tapi merusak relasi sosial kita,”lanjutnya.
Selain itu juga, menjaga Pancasila dan keutuhan NKRI adalah tanggung jawab moral mahasiswa, bukan hanya tugas aparat.
“Ketika kampus menjadi hening, masyarakat pun kehilangan harapan. Maka mahasiswa harus bersuara, kritis, dan solider,”tuturnya.
Melalui forum ini, pihaknya berharap dapat menyuarakan kesadaran bersama, membangun ketahanan ideologis, dan memperkuat jejaring pemuda daerah sebagai barisan terdepan dalam menghadapi ancaman pemikiran ekstrem.
“Dalam hal ini, mengajak seluruh peserta untuk mengikuti forum secara aktif dan terbuka. Jadikan forum ini ruang memperluas wawasan, memperkuat komitmen kebangsaan, dan menyalakan semangat baru dalam gerakan mahasiswa Kalteng yang inklusif, kritis, dan penuh solidaritas,”ungkapnya.